Pages


  • Qur'an Reader | Al Qur'an dan Terjemahannya

View All results for ""

ElGhodhonfarElGhodhonfar Blog

  • Home
  • Articles by "Highlight"
    Tampilkan postingan dengan label Highlight. Tampilkan semua postingan
    Dunia Highlight

    Kunjungan Darurat Menlu Iran ke Moskow Usai Serangan AS: Membahas Gejolak Timur Tengah

    at Juni 23, 2025 0

     


    MOSKOW, Rusia – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, tiba di Moskow pada Minggu (22/06/2025) untuk serangkaian negosiasi penting dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan para pejabat senior Rusia lainnya. Kunjungan mendadak ini terjadi hanya sehari setelah fasilitas nuklir utama Iran dilaporkan menjadi sasaran serangan oleh Amerika Serikat pada Sabtu (21/06/2025).

    Kedatangan Araghchi di ibu kota Rusia mengindikasikan urgensi pembahasan situasi regional dan internasional yang semakin memanas, terutama pasca-agresi militer yang melibatkan Israel dan AS. Dalam pernyataannya di Turki sebelum bertolak ke Moskow, Araghchi menegaskan bahwa pertemuan dengan Putin akan berfokus pada penyelarasan posisi kedua negara di tengah ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.

    "Tidak ada jalan bagi diplomasi saat ini," tegas Araghchi, merujuk pada serangan AS terhadap fasilitas pengayaan uranium Iran. Ia juga menegaskan hak Iran untuk melakukan pembelaan diri menyusul insiden tersebut.

    Kunjungan ini memperkuat posisi Iran sebagai sekutu dekat Rusia. Iran diketahui aktif mendukung Moskow dalam konflik di Ukraina dengan pasokan drone. Langkah Iran untuk segera berkonsultasi dengan Rusia setelah serangan terhadap situs pengayaan uraniumnya menunjukkan tingkat koordinasi strategis yang erat antara kedua negara dalam menghadapi dinamika geopolitik global.

    Kunjungan Araghchi diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan atau setidaknya pemahaman bersama mengenai langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil Iran dan Rusia di tengah krisis yang membayangi.

    Sumber:

    • https://youtu.be/nTqg_AMEk98?si=8YB-g1AdXdY6fIn

    Continue reading
    Highlight Teknologi dan Inovasi

    TikTok: Dari Musical.ly Menjadi Raksasa Media Sosial

    at April 20, 2024 0




    Lahirnya TikTok: Dari Musical.ly Menjadi Bintang Media Sosial

    TikTok, platform berbagi video pendek yang digandrungi banyak orang saat ini, ternyata memiliki sejarah yang menarik. Tidak muncul begitu saja, TikTok merupakan hasil evolusi dari aplikasi lain yang sebelumnya sudah populer.


    Mari telusuri perjalanan TikTok:

    Era Musical.ly

    Awal mula cerita TikTok bermula dari lahirnya aplikasi bernama Musical.ly pada tahun 2014. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya membuat dan berbagi video pendek berisi lip-sync atau sinkronisasi lagu. Musical.ly dengan cepat meraih popularitas, terutama di kalangan anak muda.

    Akuisisi dan Kelahiran TikTok

    Pada tahun 2017, raksasa teknologi asal Tiongkok, ByteDance, mengakuisisi Musical.ly dengan harga fantastis, sekitar satu miliar dolar Amerika Serikat. ByteDance sendiri sebelumnya telah memiliki platform serupa bernama Douyin yang juga berfokus pada video pendek.

    Menariknya, ByteDance tidak serta merta mempertahankan kedua platform tersebut. Mereka justru meleburkan Musical.ly dengan Douyin, melahirkan aplikasi baru yang diberi nama TikTok pada tahun 2018.


    TikTok: Fenomena Global

    Dengan menggabungkan basis pengguna Musical.ly yang sudah masif dan fitur-fitur menarik dari Douyin, TikTok langsung meledak di ranah media sosial. Konten video pendek yang menghibur, mudah dibuat, dan viral menjadi daya tarik utama TikTok.

    Pengguna TikTok bisa membuat berbagai macam video, mulai dari lip-sync, challenge dance, komedi sketsa, hingga konten edukasi singkat. Algoritma TikTok yang cerdas juga membuat pengguna bisa menemukan konten yang sesuai dengan minat mereka, membuat pengguna betah berlama-lama di aplikasi.

    Popularitas TikTok terus menanjak hingga saat ini. Aplikasi ini diunduh oleh ratusan juta pengguna di seluruh dunia dan melahirkan banyak kreator serta bintang baru di dunia maya.


    TikTok: Lebih dari Sekedar Hiburan

    Selain menjadi platform hiburan, TikTok juga merambah ke ranah lain. Tak sedikit brand dan bisnis yang memanfaatkan TikTok untuk memasarkan produk mereka. Munculnya istilah "Racun Shopee", misalnya, menunjukkan bagaimana TikTok bisa menjadi media promosi yang efektif.

    Konten edukasi singkat dan informatif pun turut meramaikan TikTok. Para ahli dan profesional dari berbagai bidang memanfaatkan platform ini untuk berbagi ilmu dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

    Singkatnya, TikTok telah berevolusi dari sekadar aplikasi berbagi video menjadi platform yang multifungsi dan memiliki pengaruh yang besar di masyarakat.


    Menyikapi TikTok dengan Bijak: Menikmati Manfaatnya Tanpa Terjebak Dampak Negatif

    TikTok, platform berbagi video pendek yang fenomenal, menawarkan berbagai konten menarik dan menghibur. Namun, layaknya platform media sosial lainnya, TikTok juga memiliki sisi positif dan negatif.


    Berikut beberapa tips untuk menyikapi TikTok dengan bijak:

    Manfaatkan Sisi Positif:

    1. Hiburan dan Edukasi: Nikmati berbagai konten kreatif dan informatif yang tersedia di TikTok. Banyak kreator yang menghasilkan konten edukasi menarik dalam berbagai bidang, seperti sains, sejarah, bahasa, dan lainnya.
    2. Kreativitas: Gunakan TikTok sebagai wadah untuk mengekspresikan diri dan berkreasi. Buatlah video-video menarik sesuai minat dan bakat Anda.
    3. Peluang Bisnis: Bagi para pelaku usaha, TikTok bisa menjadi platform yang efektif untuk mempromosikan produk dan menjangkau pelanggan baru.

    Hindari Dampak Negatif:

    1. Konten Negatif: Waspadai konten-konten negatif seperti cyberbullying, hate speech, dan informasi palsu. Laporkan konten tersebut jika Anda menemukannya.
    2. Kecanduan: Atur waktu penggunaan TikTok dengan bijak. Hindari kecanduan yang dapat mengganggu aktivitas dan produktivitas Anda.
    3. Privasi dan Keamanan: Jaga privasi Anda dengan mengatur pengaturan privasi akun dan berhati-hatilah dalam membagikan informasi pribadi.
    4. Dampak Psikologis: Perhatikan dampak psikologis yang mungkin timbul dari penggunaan media sosial, seperti kecemasan, depresi, dan rasa insecure.

    Tips untuk Orang Tua:

    1. Komunikasi Terbuka: Jalin komunikasi yang terbuka dengan anak tentang penggunaan media sosial, termasuk TikTok.
    2. Edukasi: Berikan edukasi kepada anak tentang konten yang positif dan negatif di media sosial.
    3. Pendampingan: Awasi dan dampingi anak saat menggunakan TikTok, terutama untuk anak-anak yang masih kecil.
    4. Penetapan Batasan: Tetapkan batasan waktu penggunaan TikTok yang wajar untuk anak.

    Dengan menyikapi TikTok dengan bijak, kita dapat memanfaatkan platform ini untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat, tanpa terjebak dalam dampak negatifnya.


    Ingatlah, kunci utama adalah kesadaran dan tanggung jawab dalam menggunakan media sosial.


    Berikut beberapa sumber informasi tambahan yang dapat membantu Anda:

    • https://www.tiktok.com/@bimba.aiueo/video/7342720235163634950
    • https://www.amnesty.org/en/latest/news/2023/11/tiktok-risks-pushing-children-towards-harmful-content/
    • https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/27/184045620/mengapa-banyak-orang-kecanduan-aplikasi-tiktok?page=all


    Continue reading
    Highlight Ilmu Pengetahuan

    Sahara dan Amazon: Dua Dunia Berbeda, Satu Nasib Terikat

    at April 20, 2024 0


    Keterkaitan alam antara Gurun Sahara dan Hutan Amazon mungkin terlihat tidak terduga, mengingat keduanya memiliki kondisi yang sangat berbeda. Namun, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kedua ekosistem ini saling terhubung melalui proses yang disebut penyerbukan debu.

    Bagaimana debu Sahara membantu Hutan Amazon?

    • Menyuburkan tanah: Debu Sahara kaya akan mineral penting, seperti fosfor dan zat besi, yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Ketika angin membawa debu ini ke Hutan Amazon, debu tersebut mengendap di tanah dan menyuburkan tanah, membantu tanaman tumbuh dengan subur.
    • Menyeimbangkan nitrogen: Hutan Amazon memiliki banyak nitrogen, namun kekurangan fosfor. Debu Sahara membantu menyeimbangkan nutrisi ini dengan menambahkan fosfor ke tanah.
    • Memicu hujan: Debu Sahara dapat bertindak sebagai inti kondensasi, membantu pembentukan awan dan hujan di Hutan Amazon. Hal ini penting karena Hutan Amazon membutuhkan curah hujan yang tinggi untuk berkembang.

    Berapa banyak debu yang terbawa?

    • Setiap tahun, sekitar 27 juta ton debu Sahara terbawa angin ke Hutan Amazon.
    • Jumlah ini setara dengan dua kali lipat massa gabungan Gedung Opera Sydney, Piramida Giza, Bendungan Hoover, Stadion Nasional Beijing, dan Burj Khalifa.

    Fakta menarik:

    • Perjalanan debu Sahara ke Hutan Amazon dapat memakan waktu 5 hingga 10 hari.
    • Debu Sahara dapat terlihat di Hutan Amazon sebagai kabut tipis berwarna cokelat keemasan.

    Kesimpulan:

    Meskipun Gurun Sahara dan Hutan Amazon tampak sangat berbeda, mereka terhubung secara ekologis melalui proses penyerbukan debu. Debu Sahara memainkan peran penting dalam menyuburkan tanah, menyeimbangkan nutrisi, dan memicu hujan di Hutan Amazon. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan ekosistem yang paling berbeda pun dapat saling bergantung satu sama lain.


    Berikut beberapa sumber tambahan yang dapat Anda pelajari:

    • Merdeka.com: https://www.merdeka.com/teknologi/meski-berbeda-hutan-amazon-tak-bisa-hidup-tanpa-gurun-sahara.html
    • Liputan6.com: https://jernih.co/potpourri/debu-gurun-sahara-pupuk-alami-hutan-amazon/
    • Metafor.id: https://metafor.id/milenial/gaya-hidup/ada-nafas-sahara-di-hutan-amazon/

    Continue reading
    Highlight Sejarah

    Nyala Semangat Diponegoro: Kisah Kepahlawanan dan Semangat Juang Melawan Penindasan

    at April 20, 2024 0

    Perang Jawa (Perang Diponegoro): Kisah Lengkap Perlawanan Pangeran Diponegoro Melawan Penjajah Belanda



    Perang Jawa, yang juga dikenal sebagai Perang Diponegoro, merupakan salah satu perang terbesar dan terpanjang dalam sejarah Indonesia. Perang ini berlangsung selama lima tahun, dari tahun 1825 hingga 1830, dan melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de Kock melawan pasukan Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.


    Latar Belakang yang Memicu Perang

    Perang Jawa dipicu oleh berbagai faktor yang kompleks, di antaranya:

    • Kebijakan Belanda yang menindas: Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) yang mewajibkan rakyat Jawa menanam tanaman tertentu untuk kepentingan Belanda, dan pembatasan hak-hak tradisional rakyat Jawa.
    • Campur tangan Belanda dalam urusan internal kerajaan: Belanda menunjuk Pangeran Diponegoro sebagai Sultan Yogyakarta yang tidak sah, dan ingin melemahkan kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa.
    • Keinginan untuk menegakkan kembali agama Islam dan budaya Jawa: Belanda dianggap mengancam nilai-nilai agama dan budaya Jawa dengan berbagai kebijakannya.


    Kronologi Perang yang Berlangsung Sengit

    Perang Jawa dimulai pada tanggal 20 Juli 1825, ketika Pangeran Diponegoro mendeklarasikan perang terhadap Belanda di Tegalrejo, Yogyakarta. Perang ini kemudian menyebar ke seluruh Jawa, dengan fokus utama di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

    Perang ini berlangsung dengan sengit dan melibatkan banyak korban jiwa di kedua pihak. Pasukan Jawa, yang terdiri dari rakyat biasa, ulama, dan bangsawan, menggunakan berbagai taktik gerilya untuk melawan pasukan Belanda yang lebih modern dan terlatih.


    Belanda menggunakan berbagai cara untuk memadamkan pemberontakan, termasuk:

    1. Strategi benteng stelsel: membangun benteng-benteng di daerah-daerah strategis untuk mengendalikan wilayah dan membatasi pergerakan pasukan Jawa.
    2. Adu domba: memanipulasi kelompok-kelompok masyarakat Jawa untuk saling menyerang.
    3. Balas dendam: menyerang desa-desa dan membantai rakyat Jawa sebagai hukuman atas perlawanan.


    Peran Penting Pangeran Diponegoro sebagai Pemimpin Perlawanan

    Pangeran Diponegoro merupakan pemimpin yang karismatik dan inspiratif bagi rakyat Jawa. Beliau memiliki kemampuan militer yang handal dan strategi perang yang cemerlang. Pangeran Diponegoro juga dikenal sebagai pemimpin yang adil dan religius, dan beliau selalu menekankan pentingnya persatuan dan semangat juang untuk melawan penjajah.


    Akhir Perang dan Dampak yang Berkelanjutan

    Perang Jawa berakhir pada tahun 1830 dengan penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda. Pangeran Diponegoro kemudian diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara, di mana beliau meninggal dunia pada tahun 1855.


    Meskipun Perang Jawa berakhir dengan kekalahan pasukan Jawa, perang ini memiliki dampak yang signifikan bagi Indonesia, di antaranya:

    1. Meninggalnya ratusan ribu rakyat Jawa, baik karena pertempuran maupun karena kelaparan dan penyakit.
    2. Memperkuat kekuasaan Belanda di Jawa, meskipun Belanda masih harus menghadapi pemberontakan-pemberontakan lain di kemudian hari.
    3. Menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia, yang kemudian menjadi salah satu faktor pendorong kemerdekaan Indonesia.

    Perang Jawa: Warisan Sejarah yang Penting

    Perang Jawa merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Perang ini menunjukkan keberanian dan kegigihan rakyat Jawa dalam melawan penjajah. Perang ini juga menjadi bukti bahwa semangat nasionalisme dan keinginan untuk merdeka sudah ada sejak lama di kalangan rakyat Indonesia.


    Mempelajari sejarah Perang Jawa:

    1. Penting untuk memahami akar penjajahan Belanda di Indonesia.
    2. Menunjukkan kegigihan dan semangat juang rakyat Indonesia dalam melawan penindasan.
    3. Menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air.
    4. Mengenang jasa para pahlawan yang telah berkorban untuk kemerdekaan Indonesia.


    Referensi:

    • https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro
    • https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro
    • https://www.detik.com/tag/pangeran-diponegoro
    • https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro
    • https://kumparan.com/berita-update/perang-diponegoro-latar-belakang-tokoh-dan-dampak-bagi-pemerintahan-belanda-1wQuu6YhJrf

    Continue reading
    Highlight Sejarah

    Sejarah Telur Mata Sapi

    at Oktober 19, 2022 0


    image by Kompas


     Agus Sunyoto mencatat adanya peristiwa yang luput dari catatan sejarah, yaitu peristiwa hijrahnya para pengikut Pangeran Diponegoro setelah Diponegoro ditangkap Belanda.


    ''Ratusan ribu pengikut Diponegoro, sebagian besar adalah ulama pesantren dan guru tarekat, meninggalkan pusat kekuasaan kemudian menyebar di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa,'' ujar Agus, dari Padepokan Dakwah Kalijaga.


    Mereka kemudian mendirikan pesantren-pesantren dan meneruskan perlawanan secara pasif kepada Belanda. Perlawanan yang disebut Sunyoto sebagai perlawanan pasif yang masif itu dilakukan dengan cara perang opini lewat penciptaan cerita tutur, tembang, si'iran, tafsir agama, ramalan, dan sebagainya. Perang opini ini ditujukan untuk memunculkan sikap benci terhadap Belanda.


    Makin menguatnya perlawanan lewat lisan ini mendorong Belanda mengutus jaksa di Kediri untuk menyusun sejarah Kediri. Tugas itu diberikan dua tahun setelah Diponegoro ditangkap. Jaksa Mas Ngabehi Poerbawidjaja lantas meminta bantuan dalang wayang krucil Ki Dhermakonda.


    Namun. Ki Dhermakonda mengaku tak mengetahui secara pasti sejarah Kediri sehingga ia meminta bantuan jin bernama Buto Locaya. Untuk mendengarkan cerita Buto Locaya, diperlukan tubuh yang bisa dirasuki, yaitu tubuh Ki Sondong. Jadilah Babad Kediri.


    ''Maka isi sejarah versi jin itu adalah pendiskreditan terhadap ajaran Islam, terutama menyangkut para penyebar Islam,'' ujar Agus.


    Tokoh Islam yang didiskreditkan adalah Sunan Bonang dan Sunan Giri. Dua wali ini digambarkan berdakwah dengan jalan intoleransi. Penginjil Ki Tunggul Wulung lantas mengadaptasi Babad Kediri dalam bukunya, Serat Darmogandul. Tunggul Wulung yang berguru pada Jellesma, di kemudian hari menjadi guru Kiai Sadrach.


    Inilah sastra dekaden yang memunculkan konflik sosial. Setelah Darmogandul kemudian muncul Serat Gatoloco. Gatoloco dipakai untuk menyerang ulama pengikut Diponegoro. Tunggul Wulung menampilkan debat fiktif antara Gatoloco dan Kiai Kasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari, Ponorogo. Kiai Kasan Besari ditampilkan sebagai sosok yang tak berkutik dalam debat tentang Islam itu.


    Selaku santri Kiai Kasan Besari, RNg Ronggowarsito tahu bagaimana Darmogandul dan Gatoloco dibuat. Karena itu, ia mendatangi Tunggul Wulung dan meminta kepadanya agar mau menerima dirinya sebagai muridnya. Namun, Tunggul Wulung menolaknya.


    Usaha mendegradasi nilai-nilai Islam oleh Belanda tak berhenti di situ. Serat Syekh Siti Jenar juga dibuat untuk memecah umat Islam. Di serat itu dikisahkan Syekh Siti Jenar dibunuh oleh Sunan Kalijaga.


    ''Padahal, dalam tradisi lisan di kalangan pengikut Syekh Siti Jenar yang diwariskan turun-temurun dalam tarikat Akmaliyah, tokoh Syekh Siti Jenar dikisahkan tidak dibunuh oleh Wali Songo, melainkan wafat dengan cara selayaknya orang meninggal,'' jelas Agus.

    Sebagian ahli sejarah menilai isi dari Babad Kediri merupakan tindakan pendiskreditan terhadap ajaran Islam. Terutama, ungkap Agus, menyangkut para penyebar Islam seperti Sunan Giri dan Sunan Bonang. Di babad ini, kedua sunan tersebut digambarkan telah melakukan tindakan-tindakan intoleran dan merusak tatanan dalam berdakwah menyebarkan Islam.


    Selain Babad Kediri, adapula sebuah karya sastra yang diberi judul Serat Darmogandul yang berbahasa Jawa. Pada sastra ini, penulis karya ini telah menampilkan  kata dan kalimat sarkastis dan bernuansa porno dengan memasukkan istilah-istilah Belanda.


    Agus juga mencurigai munculnya catatan tentang penemuan kronik Cina di Kelenteng Sam Po Kong, Semarang, sebagai upaya pengaburan sejarah Islam.

    Kronik yang ditemukan—dinyatakan ada tiga cikar—menyebut para wali berasal dari Cina, yang ditugasi untuk menjatuhkan Majapahit. Kronik yang dinyatakan dibawa Residen Poortman itu dianggap Agus sebagai cerita fiktif.

    ''Tidak pernah ada fakta materialnya kecuali pernyataan bohong bahwa naskah kronik itu disimpan di museum di Den Haag,'' ujar Agus.


    Menurut Agus, Serat Syekh Siti Jenar juga merupakan hasil karya yang diperintahkan Belanda untuk memperburuk citra Islam. Karya dari Raden Panji Natarata ini memunculkan isi cerita dan pandangan negatif terhadap para Wali Songo.


    Di karya itu, Wali Songo digambarkan sebagai penyebar Islam yang licik dan curang karena telah membunuh Syekh Siti Jenar. Bahkan, Wali Songo dijelaskan telah mengganti jenazah Jenar secara sengaja dengan bangkai anjing.


    Dalam tradisi lisan, tokoh Syekh Siti Jenar dikisahkan tidak dibunuh oleh Wali Songo. Ia wafat dengan cara selayaknya seperti masyarakat Muslim pada umumnya.


    Naskah berbahasa Sunda ada pula yang merupakan hasil manipulasi. Agus menyebut nakah Kidung Sunda yang dimunculkan pada 1860 sebagai karya sastra yang sengaja dibuat untuk memecah-belah bangsa Indonesia. Kidung Sunda yang mendiskreditkan Gajah Mada mendapat dukungan dari naskah Pararaton, yang diterbitkan Belanda pada 1920.


    ''Di balik Pararaton, kolonial Belanda ingin membangun citra buruk bahwa leluhur raja-raja Jawa, termasuk leluhur Diponegoro, adalah anak haram hasil zina, penjudi, pencuri, pemerkosa, penjahat licik, yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa,'' ujar Agus.


    Agus menilai banyaknya karya kolonial Belanda yang telah merugikan umat Islam Indonesia ditujukan untuk mendiskreditkan tokoh-tokoh penyebar Islam. Tujuannya hanya satu, yakni memecah-belah umat Islam sehingga menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan.


    Belanda, kata Agus, membantah lewat opini mengenai penyebab krisis bahasa dan sastra Jawa akibat kehancuran tradisi sastra kuno yang disebabkan jatuhnya Majapahit. Kejatuhan Majapahit pun diklaim akibat datangnya islam. ''Dengan kata lain, Islam dijadikan kambing hitam dalam krisis bahasa dan Jawa di masa itu,''ujar Agus.


    Agus mengatakan, kemerdekaan yang diperoleh Indonesia tidak terlepas dari peran Muslim. Begitu banyak raja-raja Muslim yang telah didukung oleh guru tarekat dan ulama dari pesantren. Mereka bersatu untuk melakukan  perlawanan terhadap penjajah, baik Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, maupun Jepang.


    Mereka dengan tegas menyebut para penjajah sebagai "orang kafir" yang tidak pantas menginjakkan kakinya di tanah nusantara. Terutama, lanjutnya, bagi mereka yang memiliki misi untuk memurtadkan rakyat Indonesia yang beragama Islam.


    Masyarakat Jawa pada umumnya memang menolak tegas penjajahan yang dilakukan Belanda. Mereka tidak menyukai Belanda bukan hanya karena tindakan yang mereka lakukan. Menurut Agus, ada struktur sosial atau konsep hidup yang membuat mereka tidak menyukai kehadiran orang asing, seperti Belanda.


    Agus menyebutkan, ada tujuh lapisan yang dipegang oleh masyarakat Jawa. Strata ini bukan kasta. Lapisan masyarakat ini dilihat dari kuat atau tidaknya seseorang terhadap pengaruh dunia. Sehingga, struktur sosial ini dianggap menjadi penilaian utama atas ketepatan dalam memilih dan memercayai seorang pemimpin di suatu wilayah.


    Lapisan pertama dipegang oleh kaum yang memiliki nafsu atau pengaruh dunia yang lemah. Misalnya, ulama, wali, atau kaum Brahmana. "Lapisan kedua dimiliki oleh kaum yang tidak terlalu mencintai dunia dan hidupnya dijamin oleh negara, seperti para ksatria dan pertapa," jelas Agus.


    Lapisan selanjutnya dimiliki oleh kaum waisya, seperti petani. Setelah itu, kaum saudagar memegang lapisan selanjutnya. Dalam lapisan ini semisal saudagar, rentenir, kaum konglomerat, dan tuan tanah.


    Untuk lapisan kelima dimiliki oleh kaum yang hidup dari membunuh binatang, seperti jagal, pemburu, dan algojo. Lapisan keenam dipegang oleh orang asing seperti Belanda. Lapisan terakhir dimiliki oleh orang-orang yang hidupnya hanya merugikan masyarakat, seperti perampok, pembegal, pencuri, dan lainnya.


    Maka, alasan masyarakat Jawa menolak penguasaan Belanda menjadi jelas. Dalam struktur sosial, para penjajah itu itu tidak bisa menjadi pemimpin atau penguasa di tempat mereka. ''Menurut mereka, penjajah itu tidak pantas menjadi juragan tetapi harus menjadi pelayan di tanah mereka,'' ujar Agus.


    Dengan struktur sosial semacam itu, maka agus meragukan penyebaran Islam di nusantara dilakukan oleh para saudagar. Dengan posisinya di lapisan keempat, saudagar akan mengalami kesulitan menyebarkan agama di dalam struktur sosial masyarakat Jawa ini. "Mereka pasti tak akan dianggap," ujar Agus.


    Dengan pemahaman ini, Agus menduga, sejarah yang menyebut para saudagar sebagai penyebar Islam di nusantara adalah bagian dari upaya pengaburan sejarah Islam di Indonesia. Menurut Agus, akan lebih masuk akal jika sejarah menyebut penyebaran Islam dilakukan oleh para kaum kelas brahmana, yaitu para wali yang selama ini dikenal dengan sebutan Wali Songo.


    Dengan posisi wali yang berada di lapisan pertama, jelas akan mudah bagi mereka untuk menjadi panutan masyarakat di masa itu. Posisi itu memudahkan mereka mengajarkan ajaran Islam di bumi pertiwi ini, terutama di Pulau Jawa.


    Kalau sekarang, apakah Indonesia menggunakan sistem ini? Sekarang asing dipuja-puja di sini. ''Sepengetahuan saya, hanya Brunei Darussalamlah yang saat ini menerapkan sistem lapisan masyarakat Jawa itu," ungkap Agus.


    Menurut Agus, munculnya perlawanan pasif lewat lisan yang dilakukan para pengikut Diponegoro setelah Perang Jawa semata karena adanya struktur sosial ini. Mereka melawan dengan memunculkan fenomena pertempuran baru dengan menggunakan opini.


    Sejarah Islam Indonesia, kata Ahmad Mansur Suryanegara, adalah sejarah telur mata sapi. ''Ayam yang bertelur, tetapi sapi yang punya nama,'' ujar sejarawan Universitas Padjadjaran itu. 


    Mansur menegaskan, tak bisa dibantah bahwa pelaku sejarah Islam di Indonesia adalah para ulama atau umat Islam. Namun, yang ditulis adalah mereka yang menentang ajaran Islam.


    Mansur merasakan betapa ''Sumpah Syahadah'' yang menjadi landasan melawan kolonialis-imperalis tidak dinilai sebagai perekat dan pembangkit kesatuan-persatuan bangsa Indonesia. Sumpah Syahadah kalah dengan Sumpah Palapa.


    Padahal, dalam wayang, pemegang kalimasada adalah Pandawa. ''Yang diletakkan di sebelah kanan dalang dan selalu sebagai pemegang kemenangan, mengalahkan Kurawa yang diposisikan di sebelah kiri dalang,'' ujar Mansur.

    by https://m.republika.co.id/berita/nq6jg735/sejarah-islam-indonesia-sejarah-telur-mata-sapi

    Continue reading
    Langganan: Postingan (Atom)
    Recent Popular Comments

    Recent Posts

    Popular Posts

    • Perang Global, Radikalisme, dan Intelijen: Perspektif Hendropriyono dan Mahfud MD
        sumber: kilat.com Dalam sebuah diskusi yang mencerahkan, dua tokoh besar Indonesia, Bapak AM Hendropriyono dan Bapak Mahfud MD , berbagi ...
    • Ironi di Balik Gejolak Timur Tengah
      Sebagai seorang pengamat, Herri Pras mencermati sebuah fenomena menarik yang mengemuka di tengah gejolak Timur Tengah. Ada semacam ironi ya...
    • 7 Rekor Dunia yang Pasti Akan Mengejutkanmu
      Rekor dunia sering kali menjadi topik yang menarik perhatian banyak orang. Dari prestasi luar biasa hingga hal-hal yang tampaknya tidak mung...
    • Kunjungan Darurat Menlu Iran ke Moskow Usai Serangan AS: Membahas Gejolak Timur Tengah
        MOSKOW, Rusia – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, tiba di Moskow pada Minggu (22/06/2025) untuk serangkaian negosiasi penting den...
    • Perang Dunia I: Penyebab dan Dampaknya
      Perang Dunia I, yang berlangsung dari tahun 1914 hingga 1918, adalah salah satu konflik paling monumental dalam sejarah manusia. Perang ini ...
    • Rahasia Masa Subur: Kapan Ovulasi Terjadi & Tips Jitu Meningkatkan Peluang Hamil
        Menjelajahi Misteri Masa Subur: Kapan Ovulasi Terjadi dan Bagaimana Meningkatkan Peluang Kehamilan? Bagi pasangan yang mendambakan buah ha...

    Kolom Kesehatan

    Fakta Menarik

    
    Nama

    your name

    Email *

    Your Email

    Pesan *

    your message

    Recent Posts

    Random Post

    Rekomendasi Belanjamu

    Kritik dan Saran

    Nama

    Email *

    Pesan *

    Total Tayangan Halaman

    Copyright © 2024 ElGhodhonfar All Rights Reserved.
    Designed by Designer
    Back To Top